A. Zat Warna pada Jamu
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Zat warna yang muncul pada jamu berasal dari bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu itu sendiri. Misalnya pada jamu kunir asem yang warna kuning. Munculnya warna kuning ini karena adanya zat warna kurkumin pada kunyit.
- Jamu Gendong
Jamu gendong adalah jamu yang dijajakan dengan cara digendong. Kebanyakan jamu gendong merupakan home made, yang artinya jamu diproses sendiri dan menggunakan bahan-bahan alami. Jamu biasanya dibuat menggunakan rimpang maupun rempah-rempah. Jamu yang kita kenal seperti jamu beras kencur dan jamu kunir asem. Pada jamu beras kencur memiliki warna kuning. Warna ini muncul dari bahan dasar jamu, yaitu kencur. Munculnya warna ini karena bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat jamu, dicampur, direbus, diperas, dan disaring. Pada proses perebusan ini, terjadi proses ekstraksi padat-cair dari bahan (kunir) ke air. Ketika semua bahan diperas dan disaring, warna air yang pada mulanya bening berubah menjadi berwarna kuning. Begitu juga dengan jamu kunir asam, bahan baku utamanya adalah buah asam dan kunir. Jamu kunir asam mempunyai warna orange keruh yang merupakan warna campuran dari kunir dan buah asam. Munculnya warna kuning ini juga terjadi pada proses pembuatan jamu yaitu pada proses penumbukan dan perebusan. Zat warna kurkumin terekstrak dari bahan dengan menggunakan pelarut air.
- Jamu Kemasan
Untuk jamu pada kemasan, proses pembuatannya tidak jauh beda pada jamu gendong atau jamu yang dibuat dengan proses manual. Hanya saja pada jamu kemasan, produk yang dihasilkan berbentuk bubuk. Zat warna yang terekstrak dalam bahan membuat bubuk menjadi berwarna. Proses pembuatan jamu kemasan adalah sebagai berikut :
1. Sortasi bahan
2. Pencucian
3. Ekstraksi
4. Evaporasi
5. Penggilingan (grinding)
6. Pengemasan
Untuk proses ekstraksi, pelarut yang digunakan tergantung polar atau tidaknya bahan baku. Sebagai contoh :
1. Curcumin atau kunyit merupakan bahan yang semi polar, karena itu dalam proses ekstraksinya digunakan pelarut larutan alkohol (campuran air dan alkohol).
2. Untuk mengekstraks tannin karena berasal dari bahan yang polar, digunakan pelarut air.
B. Deskripsi Beberapa Zat Warna yang Digunakan dalam Obat-obatan
1. Karoten
Karotena digunakan untuk menunjuk ke beberapa senyawa yang berhubungan yang memiliki formula C40H56. Karotena adalah pigmen fotosintesis berwarna jingga yang penting dalam fotosintesis. Zat ini membentuk warna jingga dalam wortel dan banyak buah dan sayur lainnya. Secara biokimia, karotena terasuk dalam golongan terpena, yang disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. Ia dikenal dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karotena (α-karotena) dan beta-karotena (β-karotena).
2. Tannin
Senyawa yang tergolong tannin atau tanin adalah senyawa polifenol yang mengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya (misalnya karboksil). Tanin mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin terdiri dari berbagai asam fenolat dengan berat molekul antara 500-20.000 g. Beberapa tanin dapat mempunyai aktivitas antioksidan, mengambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim seperti reverse transkripitase dan DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, dan anti-hemorhodial.
Selain menyebabkan after taste berupa rasa pahit dan sepat, tanin juga mampu membentuk kompleks kuat dengan protein sehingga menghambat proses absorpsi protein dalam pencernaan (antinutrisi). Untuk itu, kadar tanin dalam produk pangan perlu direduksi sampai kadar aman dan baik untuk pencernaan.
Tanin bersifat sebagai astringen. Senyawa ini diketahui dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan intestin ( usus halus ) yang akan mengurangi penyerapan makanan, sehingga proses obesitas ( kelebihan berat badan ) dapat dihambat.
3. Kurkumin
Kunyit adalah komponen warna kuning dari bumbu kari dan merupakan rizom dari Curcuma longa. Nama curcuma berasal dari bahasa arab yaitu kata kurkum, yang sebenarnya berarti saffron, tetapi sekarang secara khusus digunakan untuk kunyit. Kunyit mengandung 3 pigmen. Pigmen terbesarnya dinamakan kurkumin dan 2 jenis pigmen lainnya merupakan derivat dari kurkumin. Oleoresin kunyit didapat dengan ekstraksi dengan pelarut organik dan dapat mengandung hingga 58 % pigmen, walaupun secara komersial keberadaan oleoresin khususnya 25-40 %. Selain pigmen, oleoresin juga mengandung komponen perasa dari kunyit.
Pigmennya dapat dipisahkan dari oleoresin, menghasilkan rasa kunyit yang sebenarnya. Di USA oleoresin kunyit dan kurkumin diperbolehkan sebagai pewarna, sedangkan hanya kurkumin yang dikenal sebagai pewarna di EU. Kurkumin tidak larut air dan hanya larut sedikit dalam minyak nabati. Kurkumin berwarna kehijauan hingga kuning, sangat mirip dengan lutein. Kurkumin lebih baik dari lutein karena harganya yang lebih murah, tetapi ketika stabilitas terhadap cahaya sangat diperlukan, lutein lebih baik dari kurkumin karena kurkumin lebih mudah pudar akibat cahaya.
0 comments:
Posting Komentar